NPM   : 18210318
Kelas  : 3EA18
CONSUMER INNOVATIVENESS
Para  pemasar seringkali berusaha untuk mempelajari perilaku dari para  consumer innovators, yaitu mereka yang selalu menjadi yang pertama untuk  mencoba hal-hal baru baik barang, jaa maupun kegiatan-kegiatan baru.  Tanggapan dari para innovator ini seringkali merupakan gambaran mengenai  akan sukses atau tidaknya suatu produk dipasaran.
Beberapa karakteristik yang menentukan apakah konsumen seorang innovator atau bukan, antara lain berikut ini.
a.  Tingkat keinovatifan        
Tingkat  keinovatifan konsumen dapat diukur menggunakan instrument yang dibentuk  oleh para peneliti, yang bersifat fleksibel dalam domain kajiannya,  misalnya untuk diterapkan pada kategori produk yang luas(personal  computer), subkategori produk (computer jenis notebook) ataupun tipe  produk (computer notebook mini beratnya 3 pound).
b.  Dogmatisme
Dogmatisme  merupakan karakteristik manusia yang mengukur kekakuan atau rigidity  dan keterbukaan yang ditunjukkan konsumen terhadap informasi atau  hal-hal baru yang kurang familiar atau yang tidak sesuai dengan system  keyakinan mereka. Konsumen dengan dogmatis tinggi akan sulit menerima  hal-hal yang tidak familiar dengan mereka. Penerimaan akan dilakukan  dengan rasa tidak nyaman dan tidak psti, sedangkan konsumen dengan  tingkat dogmatis merendah akan memiliki sikap terbuka terhadap hal-hal  yang kurang familiar atau tidak sesuai dengan system keyakinan mereka.
Implikasi  tingkat dogmatisme yang dianut oleh konsumen pada dunia pemasaran  adalah konsumen dengan tingkat dogmatisme tinggi seringkali dianggap  sebagai konsumen dengan pandangan tertutup dan biasanya memilih produk  yang sudah lama ada, bukan produk-produk inovatif. Hal ini bertolak  belakang dengan konsumen dengan tingkat dogmatisme rendah (berpandangan  terbuka) yang lebih memilih produk-produk inovatif daripada  produk-produk tradisional. Oleh karena itu, dalam aspek komunikasi juga  dibedakan antara konsumen yang memiliki tingkat dogmatisme rendah dan  yang tinggi.
Mereka  yang cenderung rigid atau tingkat dogmatismenya tinggi biasanya lebih  tertarik apabila pada iklan produk inovatif ditampilkan endorser baik  selebriti ataupun orang ternama, sedangkan konsumen degan tingkat  dogmatisme rendah cukup tertarik dengan iklan produk inovatif yang  menampilkan keunikan atau perbedaan produk baru tersebut jika  dibandingkan dengan produk lainnya.
c.  Karakter sosial
Karakter  sosial merupakan karakteristik seseorang yang meliputi 2 titik ekstrem  yaitu inner-directedness dan other-directedness. Istilah yang pertama  berarti konsumen cenderung menggunakan nilai-nilai maupun keyakinan  dalam dirinya sendiri dalam mengevaluasi produk, sedangkan  other-directedness mencerminkan karakteristik konsumen yang lebih  mempertimbangkan nilai-nilai atau petunjuk dari orang lain mengenai apa  yang benar dan apa yang salah dalam mengevaluasi produk.
Biasanya  konsumen yang memiliki karakter inner-directedness memiliki kemungkinan  yang lebih besar dari pada other-directedness untuk mengevaluasi suatu  produk.
Dalam  strategi komunikasi, konsumen dengan inner-directedness cenderung  menyukai iklan yang memuat pesan-pesan mengenai kegunaan produk,  fitur-fiturnya maupun keuntungan dari penggunaan produk tersebut,  sedangkan konsumen dengan other-directedness cenderung lebih menyukai  iklan yang menekankan pada citra yang ditampilkan oleh produk,  penerimaan oleh masyarakat apabila menggunakan produk tersebut, dan lain  sebagainya. Pada dasarnya, konsumen dengan other-directedness lebih  mudah untuk dipengaruhi dalam perilaku pembeliannya karena mereka sangat  peduli dengan apa yang dianggap benar atau salah oleh pihak lain.
Contoh Kasus
Penelitian  ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan studi kasus,  pada industri pengolahan rotan PT. Fairco Agung Kencana pada bulan  Januari sampai dengan Maret 2004. Data yang digunakan meliputi data  primer dan data sekunder. Teknik pengambilan contoh (responden)  dilakukan secara sengaja (purposive). Data hasil penilaian responden  terhadap indikator komponen teknologi dan indikator kemampuan teknologi  diolah dengan analisis Gap, dengan melihat perbedaan nilai pengamatan  dan nilai yang diharapkan perusahaan dari kedua indikator tersebut.  Sedangkan dalam menentukan alternatif strategi yang dilakukan di hitung  dengan menggunakan PHA ( Proses Hirarki Analitik).
Berdasarkan  hasil penelitian, tingkat kecanggihan perangkat komponen teknologi  sudah sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, Pada pengkajian komponen  technoware, yang harus diperhatikan adalah pada tahapan QC amplas,  sedangkan pada komponen Humanware yang lebih diperhatikan adalah manajer  dan maintenance karena pada pada level tersebut bertugas sebagai  penunjuk pelaksana di lapangan. Pada komponen Inforware yang lebih  diperhatikan adalah tingkat pembelian dan peningkatan informasi,  sedangkan komponen Orgaware gap terbesar terdapat pada divisi litbang  dan pada struktur organisasinya. 
COMPULSIVE CONSUMER
Ketika  kita menggunakan istilah "consumption compulsive," atau konsumen  kompulsif kita berbicara tentang jenis perilaku konsumen yang tidak  pantas, biasanya berlebihan, dan jelas mengganggu kehidupan individu  yang muncul impulsif didorong untuk mengkonsumsi. Orang yang membeli  sweater beberapa identik dengan warna berbeda karena ia hanya "harus"  atau karena. "Saya merasa baik di dalamnya," meskipun ia tahu ia tidak  mampu membayar untuk itu, adalah contoh klasik. Meskipun konsekuensi  mungkin memiliki efek yang parah pada kehidupan sehari-hari, konsumen  kompulsif membeli pula.
Akibatnya,  aktivitas normal seperti membuka surat atau menjawab telepon mengambil  makna baru. Bagi pembeli kompulsif banyak ada ketakutan konstan  dihadapkan oleh tagihan lain yang besar, atau kreditur marah. Banyak  mencoba untuk menyembunyikan kedua tagihan dan barang yang dibeli karena  takut ditemukan. Dalam beberapa kasus, orang bahkan terlibat dalam  kegiatan kriminal dalam rangka untuk membayar tagihan mereka dan  mempertahankan garis mereka kredit.
Perilaku  dari konsumen kompulsif tampaknya cukup mirip dengan manifestasi umum  dari perilaku adiktif. Namun, definisi istilah "kecanduan," adalah titik  diperdebatkan di kalangan dokter. Bagi beberapa orang, kecanduan  mungkin hanya mengacu pada substansi, dan membutuhkan kehadiran  habituasi fisiologis dan sindrom pantang. Karena kontroversi ini, kami  telah memilih untuk menggunakan konsumsi jangka kompulsif daripada  adiktif.
Contoh Kasus 
Seorang  anak belasan tahun dapat memandang dirinya sebagai ”lebih didambakan,  lebih modern, dan lebih sukses” karena ia memiliki ”sepasang sepatu  karet model tahun terakhir” yang diburu banyak emosi manusia dapat  dihubungkan dengan kepemilikan yang berharga sehingga kepimilikan  tersebut dapat dianggap sebagai perluasan diri.
CONSUMER ETHNOCENTRISM 
Consumer  ethnocentrism individu memberikan pemahaman tentang apa pembelian yang  diterima oleh kelompok-, serta perasaan identitas dan milik. Bagi  konsumen yang tidak etnosentris, atau polisentris konsumen, produk  dievaluasi berdasarkan jasa-jasa mereka eksklusif asal-usul kebangsaan,  atau bahkan mungkin dilihat lebih positif karena mereka asing (Shimp  & Sharma, 1987; Vida & Dmitrovic, 2001).
Contoh Kasus
konsumen  prihatin dengan identitas budaya mereka, nasional dan etnis semakin  dalam dunia yang lebih saling berhubungan. Beberapa konsumen meneliti  menetapkan bahwa orang membuat keputusan pembelian mereka pada isyarat  informasi. Isyarat informasi dapat intrinsik (misalnya, desain produk)  dan ekstrinsik (misalnya, nama merek, harga) (Olson, 1977; Jacoby,  1972). Tetapi isyarat ekstrinsik kemungkinan akan digunakan dalam  ketiadaan isyarat intrinsik atau ketika penilaian mereka tidak mungkin (Jacoby, Olson dan Kapten Haddock, 1971; Olson, 1977; Jacoby, 1972; Jacoby, Szybillo dan Busato-Schach, 1977; Gerstner, 1985).
Juga, menurut penelitian beberapa, ia berpikir bahwa ada hubungan antara sikap terhadap produk pengecer asing 'dan beberapa karakteristik demografi seperti jenis kelamin, pendidikan, pendapatan dan usia. Ketika melakukan penelitian ini, itu bertujuan untuk menentukan sikap konsumen terhadap produk pengecer asing '. Penelitian ini dimulai dengan tinjauan literatur yang mencakup ritel internasional di Turki, sikap terhadap pembelian 'produk (general review), pengaruh usia dan tingkat pendidikan pada sikap, pengaruh etnosentrisme konsumen terhadap sikap terhadap pengecer asing pengecer asing produk masing-masing. Kedua, metodologi bagian yang memiliki penjelasan tentang bagaimana penelitian ini dilakukan, disajikan. Kemudian, temuan yang berasal dari hasil kuesioner dan yang SPSS analisis, disajikan. Pada tahap terakhir dari penelitian, diskusi, keterbatasan, dan penelitian masa depan dibahas.
http://warning-coffeepark.blogspot.com/
http://ichwangooner08.blogspot.com/2012/11/consumer-innovativeness-consumer.html
http://radikayudatri.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment